|
Ilustrasi |
Jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Maros Darni Binti El Maklun, yang meninggal di Dubai, Uni Emirat Arab dijadwalkan tiba di terminal kargo, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Jumat (28/12/2012).
Jenazah meregang nyawa sejak 18 Oktober lalu. Namun, akibat kepengurusan yang rumit akhirnya jenazah baru dapat dipulangkan saat ini. Jenazah akan disemayamkan di rumahnya Batangase Permai dan keesokan harinya, Sabtu (29/12/2012) akan dimakamkan di Kecamatan Camba Kabupaten Maros, Sulsel.
Legislator Maros Akbar Endra yang mengawal proses pemulangan jenazah mengatakan jenazah telah tiba di bandara Soekarno Hatta Jakarta pukul 16.00 wib. Namun terkendala proses pengurusan kargo untuk penerbangan ke Kota Makassar sehingga menelan waktu.
Menurut Akbar, jenazah akan diterbangkan menggunakan Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 652 pukul 20.45 wib, nomor airwaybill:126-05954270. Jenazah pun diperkirakan tiba di terminal kargo pukul 23.00 wita.
Seorang TKI Meninggal di Perkebunan Sawit MalaysiaSebelumnya seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Muhammad Nur bin Musa (34) dilaporkan keluarganya meninggal di wilayah perkebunan kelapa sawit, di Kucing, Negeri Serawak, Malaysia, Minggu (16/12/2012) sekitar pukul 22.00 waktu Malaysia.
"Kami temukan sudah terluka, di leher, di kebun sawit," kata Herlina (41), kerabat tempat tinggal almarhum sebulan terakhir di Serawak, melalui sambungan telepon internasional, Senin (17/12/2012) lalu seprti dilansir dari
tribunnews.
Hingga saat ini, tambah Lina, jenazah kerabat sepupunya dari Desa Bulu Cenrana, Tanru Tedong, Kecamatan Pitu Riawa, Sidrap, Sulsel ini, masih berada di kamar mayat di Hospital Kucing, Serawak.
Kasus ini, kata dia, sudah ditangani otoritas polisi dan ketertiban sipil setempat. "Polisi belum dapat kabar," kata Lina menjawab apa motif pembunuhan di perkebunan palm oil Serawak ini.
M Nur adalah korban kelima TKI yang terbunuh di Malaysia dalam satu tahun terakhir. April 2012 lalu, terungkap penembakan terhadap tiga TKI asal Nusa Tenggara Barat (NTB) di Negeri Sembilan, yang terjadi 22 Maret 2012 lalu. Ketiganya dilaporkan tewas ditembak oleh lima polisi lokal.
Dalam logat Melayu yang kental, Lina mengaku, bersama suaminya, Tahang, dia sudah melaporkan insiden ini ke Konsulat Jenderal (Konjen) Republik Indonesia di Negeri Serawak. "Kita menanti besok, semoga orang konsulat bisa urus jenazah adik kami," katanya.
Informasi meninggalnya TKI asal Tanrutedong Sidrap ini awalnya diterima Tribun, dari Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, Herman, sekitar pukul 22.30 wita semalam.
"Minta tolong kalau ada yang bisa, satu lagi TKI (keluarga saya) di Malaysia terbunuh. Kami ingin bawa jenazahnya pulang ke Indonesia," kata Herman.
Siti Hurriah, istri almarhum, Senin kemarin, sudah terbang ke Pontianak, Kalimantan Barat, untuk selanjutnya menyeberang ke perbatasan Serawak, Malaysia.
"Tadi pagi sudah naik pesawat sendiri, maklum Pak, kami tak banyak uang," kata Lemong (47), kakak kandung almarhum yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Saat ditelepon, di rumah duka di kampung Alam Bulu Cenrana, terdengar suara tangis. "Kita hanya berdoa Pak, semoga pemerintah bisa bantu keluarga, untuk bawa ke sini adik kami," kata Lemong.
Almarhum Muhammad, berangkat ke Serawak, November lalu. "Baru 23 hari, katanya di sana ia kerja di perkebunan sawit. Minggu lalu masih telepon anaknya yang masih kelas 1 SD," kata Lemong.
Almarhum meninggalkan dua orang anak, yang sulung M Nur Faiz (12), adalah santri Pondok Pesantren Assadiyah Sengkang. Sedangkan Nurhalizah (6) masih duduk di kelas 1 SDN Bulu Cenrana, Sidrap.
Almarhum sempat sekolah di SMP namun tak selesai. Sebelum ke Malaysia, almarhum hanya bekerja sebagai petani sawah dan pekebun musiman. Kakaknya tidak tahu, apakah adiknya berangkat ke Malaysia, atas jasa perusahaan jasa ternaga kerja (PJTKI) resmi.
"Yang kami tahu dia berani ke Serawak, untuk temui keluarga di sana," katanya. Kampung almahum berjarak sekitar 7 km dari Tanrutedong, ibu kota kecamatan Pitu Riawa. Kampung pedalaman petani ini berada di sebelah timur kota Pangkajene, ibu kota Sidrap, jaraknya sekitar 21 km.
Dari Makassar, ibukota provinsi Sulsel, kampung yang ratusan warganya adalah "Pahlawan Devisa" di Sidrap ini berjarak sekitar 203 km.(*)